Senin, 31 Mei 2010

Terbang dan Menikmati Alam dengan Paralayang

0 komentar
Sebagian besar dari kita pasti mengenal layang-layang. Permainan layang-layang yang mengandalkan angin dalam menerbangkannya, memiliki kenikmatan tersendiri bagi setiap orang yang memainkannya. Selagi menikmati permainan layang-layang, pernahkah anda berpikir untuk dapat melayang-layang di udara, mengitari langit dan menembus awan seperti layang-layang tersebut? Jika ya, anda dapat mewujudkannya dengan melakukan paralayang.



Atlet paralayang sedang menikmati indahnya alam Puncak dengan paralayang.

Paralayang merupakan sejenis olahraga dirgantara, yakni olahraga yang dilakukan di udara bebas. Langit dan awan menjadi arena olahraga ini. Bapak Gendon Subandono [46], adalah atlet senior paralayang yang telah menekuni olahraga ini sejak 20 tahun yang lalu. Pak Gendon juga menjabat sekretaris umum Federasi Aero Sport Indonesia [FASI] paralayang,organisasi induk olahraga paralayang.


Pak Gendon, sesepuh paralayang Indonesia.

Kantor dan lapangan latih terbang FASI berlokasi di Puncak, Jawa Barat, tepatnya di lokasi lereng dalam kawasan perkebunan teh Gunung Mas II,pintu masuk menuju lereng terletak kurang lebih 50 meter sebelum masjid At-taawun. Disinilah para atlet paralayang melakukan latihan terbang, memandu wisatawan yang hendak terbang, maupun hanya sekedar bercengkrama. Menurut pak Gendon, paralayang cukup mudah dan murah, untuk ukuran olahraga dirgantara.

“Karena tidak butuh pesawat, bensin, landasan, maupun bantuan orang lain untuk membantu pengoperasiannya. Cukup penerbang itu sendiri, dengan lereng yang cukup landai, kemudian dengan angin yang memadai kita udah bisa terbang,itulah yang membuat kita murah.” Jelas pak Gendon.



Kantor FASI di Puncak.


Lapang latih terbang FASI di Puncak.

Sebelum memainkan olahraga ini, kita membutuh satu set peralatan paralayang berupa parasut, harness, parasut cadangan, kacamata dan helm khusus [http://www.paragliding.web.id]. Untuk memiliki satu set peralatan ini kita harus mengeluarkan dana sekitar 3000 USD atau sekitar 30 juta rupiah. Selain memiliki set peralatan paralayang, seseorang yang hendak bermain paralayang juga harus mengikuti pendidikan dan pelatihan paralayang guna memeroleh lisensi terbang paralayang. Pelatihan dan pendidikan ini memakan waktu sekitar 1 minggu dengan biaya hingga 10 juta rupiah.

“Biaya sebesar itu hanya untuk ganti sewa alat dan operasional pendidikan, kita sifatnya masih belum profit, masih membantu untuk pengembangan paralayang,” ujar pak Gendon.

Pelatihan dan pendidikan paralayang tidak bisa dilakukan sembarangan, calon penerbang harus berlatih dan tergabung di klub-klub paralayang yang telah terakreditasi FASI. Keuntungan mengikuti klub adalah keleluasan pemakaian alat milik klub, anggota cukup menyewa alat jika hendak terbang, tidak perlu membelinya.

Jika tidak mau repot berlatih dan enggan mengeluarkan biaya jutaan rupiah untuk bermain paralayang, kita bisa mengikuti wisata tandem paralayang, yakni terbang dengan menumpangi atlet paralayang yang terlatih. Tandem biasanya dilakukan para wisatawan yang tidak hanya berekreasi ke puncak untuk datang berkunjung dan menikmati hijaunya pegunungan dan hamparan daun teh saja. Tarif satu kali tandem sendiri sebesar 300 ribu rupiah.


Paralayang tandem untuk wisatawan [sumber: http://flyindonesia.indonetwork.co.id/684608/kursus-paralayang-paragliding.htm].

“Sebelum terbang, wisatawan harus sehat, tidak mempunyai penyakit jantung, epilepsi, hipertensi, maupun vertigo,” jelas pak Gendon.


Video memperlihatkan seorang atlet tengah melakukan manuver dalam paralayang.

Penyediaan paralayang sebagai sarana rekreasi juga merupakan cara FASI memperoleh dana pengembangan serta pengenalan olahraga paralayang. Meski kurang terkenal, ternyata paralayang Indonesia memiliki prestasi yang membanggakan. Pada Asian Beach Games 2008, Indonesia meraih 7 emas dari 8 emas yang diperebutkan, menempati peringkat pertama untuk wilayah ASEAN dan peringkat ketiga di wilayah Asia untuk kategori paralayang.

“Semakin hari semakin banyak peminat yang ikut paralayang, paralayang akan menjadi trendsetter kedirgantaraan di Indonesia suatu saat nanti,” harap pak Gendon.

Web site terkait : http://www.paragliding.web.id

Senin, 03 Mei 2010

Nasib Media Massa Konvensional di Era New Media

0 komentar
Kemajuan teknologi website memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan media massa konvensional. Kemudahan akses internet di seluruh dunia yang semakin meningkat, membuat sebagian besar publik beralih dari media massa konvensional ke web sites untuk mencari berita, hiburan dan informasi. Peralihan minat publik tersebut juga didukung oleh mulai banyaknya situs-situs web berita yang memberikan update berita dengan cepat, hanya dalam hitungan jam berita-berita terbaru dari berbagai belahan dunia dapat kita peroleh di situs-situs web tersebut.
Kehadiran teknologi podcast, dan situs-situs penyedia video berita seperti mivo.tv, merupakan tekanan tersendiri bagi media massa elektronik untuk dapat menyaingi berbagai kelebihan yang dimilki media massa online tersebut. Dengan adanya media massa berbasis situs web berita dan podcast, publik dapat mengakses informasi secara interaktif, satu hal yang tidak dimiliki media massa elektronik, khususnya broadcasting journalism. Di samping itu, kecepatan update berita dan variasi berita yang dapat diakses berulangkali, membuatnya semakin personal dan opsional, yakni setiap situs dapat dinikmati sesuai kebutuhan dan pilihan informasi pengguna secara personal, menjadi magnet terbesar bagi sebagian besar konsumen media massa elektronik untuk beralih ke situs-situs web berita.
Di sisi lain, kertas sebagai bahan baku utama dalam proses produksi industri media massa cetak tidak akan selamanya tersedia. Keterbatasan bahan baku yang disebabkan oleh eksploitasi hutan-hutan penyedia bahan baku kertas menyebabkan semakin mahalnya biaya produksi. Secara tidak langsung, peningkatan biaya juga membuat banyak perusahaan-perusahaan pengiklan mulai melirik media massa online mengingat biaya beriklan di media massa cetak yang semakin mahal. Maka, dapat diprediksikan bahwa umur media massa konvensional tidak akan bertahan lama, dengan catatan jika industri media massa konvensional tidak melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi website yang semakin dinamis.
Pada 2008, ancaman kebangkrutan pernah melanda Tribune.co, perusahaan media yang berbasis di Amerika Serikat. Raksasa media yang tercatat memiliki beberapa media massa cetak seperti Chicago Tribune, Los Angeles Times, Newsday, Hartford Courant, Orlando Sentinel, dan The Morning Call tersebut mengalami kerugian sebesar Rp.156 Triliun dan terancam bangkrut. Pihak Tribune.co menyebutkan biaya produksi yang semakin meningkat sebagai salah satu faktor penyebab ancaman kebangkrutan yang semakin nyata.Untuk menghindari kebangkrutan, Tribune.co yang juga memiliki media massa elektronik seperti NBC, ABC dan CBS ini melakukan pengurangan tenaga kerja dengan hanya menyisakan 200 orang tenaga kerja.
[ http://forum.vibizportal.com/showthread.php?t=973]
Meski media massa konvensional sedang menuju masa-masa kritis, bukan berarti ancaman kepunahan tidak bisa dihindarkan. Untuk menghindari kepunahan maka media massa konvensional harus melakukan transformasi, mereka harus melakukan perubahan besar pada segi operasional dan distribusinya. Industri media massa konvensional yang sudah ada saat ini harus menjadi industri multiplatform media, yakni media yang bergerak di berbagai macam medium pesan.
The New York Times [The NY Times] adalah salah satu contoh media konvensional yang telah bertransformasi menjadi media multiplatform. Kini The NY Times Tidak hanya mendistribusikan produknya secara komersil dalam bentuk koran, melainkan juga mengemasnya dalam format situs berbasis berita online gratis, sehingga ada dua versi The NY Times, yakni versi klasik dan versi online.
Versi online The NY Times lebih interaktif dan komunikarif, selain berisi berita-berita harian yang juga terdapat pada versi cetaknya, versi online ini juga memiliki menu-menu yang khusus diperuntukkan bagi versi online. Menu tersebut antara lain: video, news update, movie trailer, news comment dan archive.
Selain itu, The NY Times juga menyediakan aplikasi multimedia untuk membaca versi e-newspaper, yakni The NY Times Reader. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat membaca koran digital The NY Times, menyimpannya, untuk kemudian dibaca kembali bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Aplikasi ini dapat dipakai pada berbagai PC,notebook, smart gadget atau smart phone. Meski aplikasi The NY Times diberikan secara gratis, pengguna tetap harus membayar sejumlah uang untuk berlangganan file e-newspaper yang hendak dibaca. Inilah bentuk bisnis komersial gaya lama yang masih dipertahankan NY Times, yakni melalui penjualan koran digital bagi para pengguna yang melek teknologi, dan koran kertas bagi para pengguna yang masih setia pada bentuk ini.Saat kertas telah punah, dan alternatif bahan sintetisnya tidak dapat ditemukan, koran digital menjadi alternatif bagi bisnis media gaya lama ini.
Sedangkan bentuk baru bisnis media yang dijalankan The NY Times adalah The NY Times online yang yang telah disebut sebelumnya, The NY Times online yang diberikan secara cuma-cuma ini, berpotensi menarik lebih banyak pelanggan. Praktek media multiplatform ini sangat menguntungkan dari segi komersil, maupun kelestarian spirit jurnalisme kovensional. Dalam format multiplatform media, sebuah industri media konvensional yang telah bertransformasi akan kebanjiran pengiklan dari berbagai platform [multiplatform advertising]. Adapun, kualitas berita tetap terjaga karena berita-berita disajikan oleh wartawan-wartawan profesional dengan bekal ilmu dan dasar skill wartawan sejati, dalam hal ini terdapat multiplatform journalist.
Sehingga, pada masa lima hingga puluhan tahun berikutnya, saat sarana dan prasarana untuk membangun jaringan internet dapat dijangkau oleh seluruh manusia, industri media massa akan terbagi menjadi dua macam, yakni industri media komersil yang multiplatform dan industri media non-profit berorientasi public interest yang didedikasikan bagi masyarakat dan disajikan dalam format online.
Bentuk media non-profit sebenarnya sudah muncul saat ini, yakni berupa citizen journalism dalam blog, situs-situs berita online gratis, maupun organisasi independen yang melayani keperluan berita-berita tertentu bagi publik melalui situs yang dimilikinya. Oh My News, adalah satu contoh situs berita online gratis yang dipadukan dengan citizen journalism, berita-berita dalam situs ini berasal dari masyarakat dan untuk masyarakat. Tanpa diduga situs yang berasal dari Korea ini diminati banyak masyarakat Korea, sehingga mengundang banyak pengiklan, menghasilkan keuntungan yang tidak diduga sebelumnya dan membuatnya menjadi industri media baru yang kokoh mengingat dukungan dana yang mencukupi.
Adapun, Globalpost.com dan Propublica.com adalah cerminan organisasi independen yang mendedikasikan diri untuk keperluan berita masyarakat. Dalam format online kedua organisasi ini tumbuh menjadi media yang menyedot ratusan ribu pengunjung setiap harinya. Mereka memililki wartawan-wartawan dan koresponden profesional yang tersebar di setiap negara untuk memberikan berita kepada masyarakat secara cuma-cuma. Berita-berita yang disajikan tidak hanya dalam bentuk tulisan, tetapi juga video. Tentunya, mereka juga memerlukan dana untuk biaya operasionalnya, untuk itu kedua organisasi ini bekerjasama dengan perusahaan- perusahaan donatur yang sifatnya saling menguntungkan, dapat berupa penyajian iklan maupun penyediaan stok berita tertentu. Organisasi ini juga menerima donasi dari individu-individu yang peduli.

Wartawan dan Berita Masa Depan

Dari uraian sebelumnya, dapat dikatakan pula bahwa citizen journaslism yang berkembang semakin pesat di era kemajuan teknologi websites tidak berarti mematikan profesi wartawan profesional. Wartawan profesional akan tetap bekerja pada industri-industri media multiplatform, artinya mereka bekerja sebagai wartawan multiplatform yang telah disebutkan sebelumnya.
Mereka akan bekerja untuk satu perusahaan dan menyajikan berita pada berbagai format media yang dimiliki perusahannya bekerja. Adapun , para jurnalis warga akan menjadi elemen tersendiri yang akan berjalan berdampingan dengan para wartawan profesional ini. Singkatnya, Citizen Journalism akan menjadi bagian dari Journalism yang tidak terpisahkan pada dunia baru industri media yang akan terus hadir dan berkembang.
Di samping itu, kemajuan teknologi website justru menambah keuntungan wartawan profesional dalam bekerja, hal ini terkait dengan hadirnya situs-situs jejaring sosial dan microblogging. Facebook dan Twitter adalah contoh situs jejaring sosial dan microblogging yang aktual dan dapat menjadi sarana baru untuk memudahkan pekerjaan seorang wartawan.
Dalam prakteknya, Facebook dan Twitter dapat dijadikan sarana untuk mencari sumber berita bagi seorang wartawan profesional. Dari sebuah trending topic dalam Twitter misalnya, seorang wartawan bisa mencari status terkait trending topic dari seorang pengguna, untuk kemudian mengontak orang yang bersangkutan untuk dimintai pandangan/opininya terkait berita mengenai trending topic dalam sebuah wawancara.
Demikian pula dengan Facebook, wartawan tidak lagi dipusingkan untuk mencari cara mengontak orang tertentu, mengingat saat ini saja terdapat 400 juta akun Facebook di seluruh dunia, maka didalamnya terdapat pula 400 juta lebih kontak, alamat, jaringan, pekerjaan, organisasi, foto, komentar, status, pernyataan, dan hal lain yang bisa dijadikan sumber atau bahan pemberitaan.
Saat ini, penggunaan jejaring sosial sebagai sumber berita telah dilakukan wartawan-wartawan profesional, seperti Tracy Swartz, seorang penulis koran Chicago’s RedEye, ia menggunakan Facebook untuk berkomunikasi dengan supir bus dalam proses penulisan beritanya yang mengenai sistem transit. Aaron Lazenvy, penyiar radio di Pirate Cat Radio, memenangkan penghargaan Pulitzer untuk kategori reporter terbaik yang secara penuh menyiarkan berita mengenai Iran, berita tersebut ia dapat dari hasil mengikuti perkembangan pembicaraan trending topic #iranelection di Twitter [Bronna Ehrlich-How Journalists are Using Social Media for Real Results]. Tentunya, penggunaan “sumber baru” ini harus dilakukan secara teliti dan mengikuti kaidah jurnalisme yang berlaku agar tidak menghasilkan berita yang meragukan karena kurangnya fakta yang mendukung.

Teknologi internet yang terus berkembang adalah sesuatu yang harus disikapi dengan bijak dan strategi yang tepat oleh industri media massa konvesional pada umumnya dan jurnalisme pada khususnya, agar keduanya tidak tenggelam dalam ketertinggalan dan berujung kepunahan. Industri media massa konvensional dan jurnalisme sudah saatnya menyadari bahwa internet dengan website-nya memberikan sesuatu yang baru,dan mengambil yang usang. Sesuatu yang baru tersebut adalah berbagai cara dan praktek baru dalam komunikasi massa dan jurnalisme, dan yang usang itu adalah distribusi produk pada industri konvensional yang mau tidak mau harus ditinggalkan meski telah berlangsung selama 154 tahun. Era website melahirkan era multiplatform media, era yang menciptakan dunia bagi new media.


Daftar Pustaka

2009 Knight Reunion_ The Future of Journalism_ Where We've Been, Where We're Going (Audio)
2001 Knight Lecture_ _Rewriting the Future_ Journalism and the Internet [Audio]
The Future of the News [Audio]
New Times_ The Future of Journalism (Audio)
BrÓ¨nna Ehrlich : How Journalists are Using Social Media for Real Results. Mashable, The Social Media Guide.2010. [Pdf File]
http://www.propublica.org/about/
http://www.globalpost.com/about-us
www.nytimes.com